Terlahir dengan nama Masaud Sibagariang pada tanggal
14 Desember 1937 di Desa Pangambatan
Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah..
Adapun ayahandanya bernama Rancap Sibagariang
yang bekerja sebagai Kepala Nagori di Desa Pangambatan sementara sang
Ibunda boru Bakara adalah petani sekaligus ibu rumah tangga. Masaud kecil
tumbuh dengan kasih sayang yang
penuh dari kedua orangtuanya, namun kedisiplinan dan dedikasi yang tinggi tetap di
tanamkan dan diajarkan di dalam dirinya, karena Masaud kecil tidak ada mempunyai abang, kakak atau adik, sehingga
ibunda boru Bakara sangat menyanyanginya. Demikian juga kedua namborunya
yang selalu marorot Masaud
sewaktu kecil. Terlebih ompung Manorip Sibagariang dengan gelar panggilan Israel yang selalu mengajarkan seni
bela diri Marmoncak kepada Masaud Kecil mulai berumur empat tahun dan tidak
tanggung-tanggung ompung Manorip juga memberikan ilmu sakti kepada Masaud
dengan memasak telapak tangan kanan Masaud dengan timah agar kebal. Tapi
bersyukurlah tidak lama kemudian semua ilmu kedigjayaannya dibuang karena iman
ke Kristenan semakin berkembang di desa Pangambatan sehingga Masaud sering
mengajak ompung Manorip untuk bersama-sama ke gereja tapi kerja ompung hanya
tertidur di dalam gereja sampai khotbah berakhir. Dan sewaktu Masaud berusia
sekitar lima tahun ompung Manorip meninggal dunia.
Hari bertambah hari dan Masaud kecil
tumbuh dan pada usia 8 tahun dia masuk menjadi salah satu murid Sekolah Rakyat Pargarutan Gonting Mahe, dengan penuh semangat Masaud kecil mengikuti
pelajarannya sehingga tulisannya sangat
bagus dan rapi. Masaud kecil mempunyai teman akrap sekaligus kerabat bernama
Pesta Simatupang yaitu anak dari namboru kandungnya yang diajaknya bermain kesana
kemari, sekali waktu mereka pergi ke
sungai untuk mengambil ikan, tanpa diketahui oleh ayahanda dan ibunda maka
Masaud dan Pesta menangkap ikan lele 1 ekor
dan tanpa membersihkan isi perut ikan tersebut langsung di sombam di
atas api dan setelah kelihatan sudah masak maka mereka membagi ikan lele
tersebut dan Masaud kecil mendapat bagian perut sampai ke ekor dan dengan
senangnya Masaud kecil mendapat bagian tersebut karena melihat ada telur ikan kuning
kehitaman di bagian perut tersebut
selanjutnya Pesta Simatupang meminta bagian setengah dari telur ikan dan
mereka sama-sama memakannya dan secara bersamaan pula mereka memuntahkannya
karena telur ikan yang mereka makan ternyata berbau kotoran manusia dan dari
kejadian tersebut Masaud tidak pernah lagi memakan ikan lele untuk selama-lamanya.
Setelah berumur kurang lebih sebelas
tahun maka Masaud kecil telah menjadi murid kelas 3 Sekolah Rakyat dan dia
memiliki cita-cita untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi, namun
kehendak Tuhan berkata lain sang Ibunda tercinta meninggal dunia karena sakit sehingga Masaud terpukul dengan
keadaan ana sebatang kara dan telah berpisah dengan orang yang dicintainya untuk selama-lamanya. Air matanya selalu
mengalir membasahi pipinya yang semakin kurus dan kerempeng, sering Masaud
bertanya di dalam hatinya mengapa dia
terlahir sebatang kara di dunia ini dan mengapa pula dia terlalu cepat
ditinggalkan oleh ibunda tercinta, kepada siapa dia harus mengadukan
nasibnya. Sering Masaud tidak makan karena tidak ada orang yang memasak
untuknya, untung ada namborunya yang terkadang memberi makan, jika tidak satu
harian Masaud menahan rasa laparnya. Dan harus mencari ubi dikebun masyarakat
disekitar desanya dan memakannya tanpa dimasak terlebih dahulu. Ayahandanya juga berusaha menghiburnya, namun
perasaan Masaud tidak bisa dibohongi karena ada cinta kasih yang hilang di dalam
hatinya. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, sang ayahanda sibuk
dengan pekerjaannya, sehingga Masaud merasa benar-benar sebatang kara di dunia
ini. Dengan keadaan demikian Masaud semakin
tertekan dan semakin kurus kerempeng dan
berpenyakit gatal-gatal hampir diseluruh tubuhnya, maklumlah dia jarang mandi, kalau mandi hanya satu timba. Karena melihat keadaan
tersebut maka ayahandanya berencana
membawa dan menitipkan Masaud ketempat sanak famili yang mau menampungnya tapi
ayahanda tidak tahu harus membawa
kemana. Dan ayahanda juga sangat ingin agar nasib Masaud berubah dan
tidak mau melihat anaknya semakin menderita dan tertekan. Sekali waktu ayahanda
bertemu dengan kerabatnya yang bergelar Parjanggut Sibagariang di Sibolga dan
menceritakan keadaan Masaud yang sudah tak terurus lagi dan meminta tolong agar
mau membawa Masaud dari desa Pangambatan ke Medan. Tak lebih dari sebulan maka Johannes
Sibagariang alias Parjanggut datang bersama adiknya bernama Pilin Sibagariang yang
bekerja sebagai TNI Angkatan Udara di Polonia datang desa Pangambatan untuk
menjemput Masaud.
Awalnya Masaud merasa semakin tersingkir dari kasih sayang
ayahanda karena mendengar ayahanda akan segera menikah dengan ibunda tiri boru
Lumbantobing dan sengaja mengingkirkan
Masaud ke Medan, tapi karena bujukan namborunya yang menjamin hidupnya akan
berubah sampai di Medan maka Masaud mau ikut.

Wow ... betapa Masaud terkejut luar
biasa ketika sampai ke Medan dan melihat gedung-gedung peninggalan Belanda dan
melihat Medan yang ramai dan bermacam-macam etnis suku ada jawa, cina, benggali
dan keling. Selanjutnya Masaud dititipkan di rumah adik Parjanggut Sibagariang
yang bernama Darius Sibagariang di jalan Sei Serwai Medan Baru tepatnya di
belakang pasar peringgan. Dan Masaud menjadi parorot anak dari Darius
Sibagariang dan ibu boru Simatupang yang
bernama Jodi dan Parto yang selalu di gendong dengan menggunakan parotpa saban
hari tapi semangat Masaud tidak pernah padam karena perutnya tidak keroncongan
lagi seperti di desa Pangambatan dan dia merasa ada pengganti orangtuanya tempat dia mengadu dan juga dia bisa tidur di
waktu malam walaupun tempat tidurnya di atas meja makan dan diberi satu helai sarung
butut yang pendek, dan karena pendeknya
sarung tersebut jika ditarik ke arah bagian kepala maka bagian lutut kebawah
tidak tertutup dan sebaliknya, sehingga setiap malam nyamuk selalu berpesta
ditubuh Masaud. Sekali waktu pernah Masaud
kedinginan dan menggigil tapi sarung tersebut tidak sanggup menutupi badannya
yang kecil dan kurus. Selain tugasnya sebagai Parorot, Masaud juga selalu
diperintahkan untuk berbelanja ke pasar peringgan yang berjarak kurang lebih
100 meter. Pernah ibu boru Simatupang menyuruh Masaud untuk membeli “tahu” untuk
digoreng akan tetapi karena Masaud adalah
BTL (Batak Tembak Langsung) dengan polosnya dia pergi kedai tempat
penjualan alat rumah tangga dan langsung membeli “tahu-tahu” atau gayung dan
meletakkan gayung tersebut diatas meja, setengah jam berselang ibu boru
simatupang memanggilnya dan menanyakan dimana “tahu” yang akan digoreng dan ternyata Masaud
menunjuk gayung atau bahasa bataknya “tahu-tahu” yang sudah berada diatas meja memberikannya kepada ibu boru simatupang
dengan perasaan karena lucu dan dongkol, ibu boru simatupang menjelaskan
perbedaan “tahu” dengan “tahu-tahu”dan barulah dia mengerti. Hampir dua minggu
kemudian, ibu boru simatupang juga memanggil Masaud untuk membawa si Jodi ke
pasar peringgan sekaligus membelikan kue kepada si Jodi yang sudah rewel sejak pagi dengan sigap
Masaud menggendong si Jodi dan menerima uang dari ibu boru simatupang serta membawa
si Jodi dan sesampainya dipasar peringgan Masaud melihat makanan yang dibungkus
daun pisang berwarna hijau dan masih hangat tersusun rapi, tanpa basa-basi dia
langsung membeli makanan tersebut dan
membuka penutup daun pisangnya serta
langsung memakannya dan rasanya hambar
selanjutnya makanan tersebut diberikannya kepada Jodi. Tangis Jodi bukan mereda
tapi semakin bertambah nangisnya karena semakin bingung Masaud kembali ke rumah
selanjutnya ibu boru simatupang
menanyakan kue apa yang dibelikan Masaud kepada Jodi maka dia
menunjukkan “tempe” yang sudah digigit sebahagian. Dengan perasaan lucu dan
dongkol, ibu boru simatupang menjelaskan bahwa tempe tersebut haruslah di
goreng terlebih dahulu baru enak untuk dimakan. Maklumlah di desa Pangambatan
tidak pernah dijumpai bahan yang bernama “tempe”. Banyak kejadian-kejadian yang
dialami oleh Masaud yang membuat dia
bertambah mengerti dan bertambah dewasa, sehingga dia bertekab untuk mandiri
dengan cara berjualan dan dengan dorongan Darius Sibagariang yang telah
memberikan modalnya, maka mulailah Masaud berjualan rokok keliling diseputaran
jalan Diponegoro Medan mulai dari pagi sampai malam pukul sepuluh dan harus
berjalan kaki pulang ke jalan sei serwei, persoalannya tidak segampang yang
dipikirkannya karena jika dia pulang melewati jalan sudirman dan masuk jalan
Hayam huruk maka dia harus berhadapan dengan pembegal tapi jika pulang melewati
jalan gajah mada maka dia harus melewati kuburan dan banyak sekali anjing
benggali yang mengejar Masaud karena di jalan gajah Mada masih jalan setapak
yang belum diaspal dan tidak ada lampu maklum pada tahun 1952 semuanya masih serba
darurat. Masaud tetap gigih menjalankan
usaha jual rokok kelilingnya dan untuk membuang rasa takut dan dinginnya malam
sewaktu pulang ke jalan Sei Serwei maka Masaud sudah berani mengambil rokok
dagangannya dan mengisapnya sendiri.
Pernah sekali waktu ayahandanya berkunjung ke Medan dan memberitahukan kepada Masaud bahwa dia sudah ada memiliki adik yang bernama Maruli tua Sibagariang dan Hitler Sibagariang dan ayahanda juga menceritakan bahwa untuk kebutuhan hidup mereka maka beberapa sawah dan ladang di desa Pangambatan sudah dijual oleh ayahanda sehingga membuat Masaud tersinggung selanjutnya Masaud tidak mau lagi kembali dan berdomisili di desa Pangambatan.
Pada umur tujuh belas tahun Masaud terlihat gagah, putih dan bersih serta tidak kelihatan lagi bahwa dia terlahir disebuah desa yang bernama Pangambatan, sehingga Darius Sibagariang dan abangnya Pilin Sibagariang mengajak Masaud agar mendaftar sebagai prajurit Angkatan Udara di Lanud Polonia, namun pertimbangannya karena sebagai prajurit TNI AURI harus bersedia di tempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia sementara Masaud adalah anak sebatang kara dan tidak mungkin meranto terlalu jauh sehingga disepakatilah bahwa Masaud bekerja sebagai Pegawai TNI Angkatan Udara di bagian dapur umum, sehingga Masaud tidak pernah lagi kekurangan makanan seperti beras, telur, minyak, gula, kopi, susu dan sebagainya sehingga badan dan perawakannya semakin berisi dan semakin tampan sehingga banyak para gadis-gadis yang menaruh hati kepada Masaud dan salah satunya adalah Serna boru Hutasoit yang lahir pada tanggal 21 April 1937 anak dari pasangan ayanda bernama Thomsain Samuel Hutasoit dan ibunda Muliana boru Simanungkalit yang berasal dari Desa soporiman Tapanuli Utara dan masa kecil Serna boru Hutasoit sudah ditempa untuk tetap bekerja keras dengan membantu ompungnya yang bernama Martin Hutasoit untuk membuat parang, pisau dan cangkul karena pekerjaan ompung Martin Hutasoit adalah Pande Bosi, sehingga membuat kedekatan antara Serna boru Hutasoit dan ompung Martin Hutasoit semakin dekat.

Dan Serna boru Hutasoit mempunyai adik bernama Setia Hutasoit yang selalu ditugaskan oleh orangtuanya untuk membawa lembaran papan diatas kepala mereka dari desa Soporiman ke desa Lobu sikkam setiap pagi sewaktu berangkat sekolah, perjalanan tersebut di tempuh selama kuranglebih 3 jam dengan kondisi jalan menanjak dan curam, sehingga membentuk semangat dan mental juang Serna boru Hutasoit semakin tegar dan kuat serta tahan uji.
Pada tanggal 3 Januari 1960 Masaud Sibagariang dan Serna boru Hutasoit lari kawin ke desa Pagurawan Tebing Tinggi ke tempat tantenya yaitu boru Bakara. Sehingga Masaud Sibagariang dan Serna boru Hutasoit resmi menjadi pasangan suami istri. Pada tanggal 3 November 1960 lahirlah putri pertama dari pasangan Bapak Masaud Sibagariang dan Ibu Serna Boru Hutasoit yang diberi nama Sri Sulastri Sibagariang di Rumah Sakit AURI di jalan Imam Bonjol. Adapun maksud dan tujuan Bapak Masaud memberikan nama Sri Sulas "tri" kepada putri pertamanya adalah agar kelak dia memiliki tiga orang putri. Dan pada 12 Oktober 1962 lahirlah putri kedua mereka yang diberi nama Eflin Cos Sibagariang di Rumah Sakit AURI. Pada tanggal 16 Mei 1965 lahirlah putra mereka yang diberi nama Warempa Donat Linggom Nasoramontok Halomoan Sibagariang di rumah jalan Dame Sei Agul Medan adapun maksud dan tujuan Bapak Masaud Sibagariang memberikan nama Warempa adalah singkatan dari Warna Empat adalah agar kelak dia memiliki anak laki-laki sebanyak empat orang.
Pernah sekali waktu ayahandanya berkunjung ke Medan dan memberitahukan kepada Masaud bahwa dia sudah ada memiliki adik yang bernama Maruli tua Sibagariang dan Hitler Sibagariang dan ayahanda juga menceritakan bahwa untuk kebutuhan hidup mereka maka beberapa sawah dan ladang di desa Pangambatan sudah dijual oleh ayahanda sehingga membuat Masaud tersinggung selanjutnya Masaud tidak mau lagi kembali dan berdomisili di desa Pangambatan.
Pada umur tujuh belas tahun Masaud terlihat gagah, putih dan bersih serta tidak kelihatan lagi bahwa dia terlahir disebuah desa yang bernama Pangambatan, sehingga Darius Sibagariang dan abangnya Pilin Sibagariang mengajak Masaud agar mendaftar sebagai prajurit Angkatan Udara di Lanud Polonia, namun pertimbangannya karena sebagai prajurit TNI AURI harus bersedia di tempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia sementara Masaud adalah anak sebatang kara dan tidak mungkin meranto terlalu jauh sehingga disepakatilah bahwa Masaud bekerja sebagai Pegawai TNI Angkatan Udara di bagian dapur umum, sehingga Masaud tidak pernah lagi kekurangan makanan seperti beras, telur, minyak, gula, kopi, susu dan sebagainya sehingga badan dan perawakannya semakin berisi dan semakin tampan sehingga banyak para gadis-gadis yang menaruh hati kepada Masaud dan salah satunya adalah Serna boru Hutasoit yang lahir pada tanggal 21 April 1937 anak dari pasangan ayanda bernama Thomsain Samuel Hutasoit dan ibunda Muliana boru Simanungkalit yang berasal dari Desa soporiman Tapanuli Utara dan masa kecil Serna boru Hutasoit sudah ditempa untuk tetap bekerja keras dengan membantu ompungnya yang bernama Martin Hutasoit untuk membuat parang, pisau dan cangkul karena pekerjaan ompung Martin Hutasoit adalah Pande Bosi, sehingga membuat kedekatan antara Serna boru Hutasoit dan ompung Martin Hutasoit semakin dekat.

Dan Serna boru Hutasoit mempunyai adik bernama Setia Hutasoit yang selalu ditugaskan oleh orangtuanya untuk membawa lembaran papan diatas kepala mereka dari desa Soporiman ke desa Lobu sikkam setiap pagi sewaktu berangkat sekolah, perjalanan tersebut di tempuh selama kuranglebih 3 jam dengan kondisi jalan menanjak dan curam, sehingga membentuk semangat dan mental juang Serna boru Hutasoit semakin tegar dan kuat serta tahan uji.
Pada tanggal 3 Januari 1960 Masaud Sibagariang dan Serna boru Hutasoit lari kawin ke desa Pagurawan Tebing Tinggi ke tempat tantenya yaitu boru Bakara. Sehingga Masaud Sibagariang dan Serna boru Hutasoit resmi menjadi pasangan suami istri. Pada tanggal 3 November 1960 lahirlah putri pertama dari pasangan Bapak Masaud Sibagariang dan Ibu Serna Boru Hutasoit yang diberi nama Sri Sulastri Sibagariang di Rumah Sakit AURI di jalan Imam Bonjol. Adapun maksud dan tujuan Bapak Masaud memberikan nama Sri Sulas "tri" kepada putri pertamanya adalah agar kelak dia memiliki tiga orang putri. Dan pada 12 Oktober 1962 lahirlah putri kedua mereka yang diberi nama Eflin Cos Sibagariang di Rumah Sakit AURI. Pada tanggal 16 Mei 1965 lahirlah putra mereka yang diberi nama Warempa Donat Linggom Nasoramontok Halomoan Sibagariang di rumah jalan Dame Sei Agul Medan adapun maksud dan tujuan Bapak Masaud Sibagariang memberikan nama Warempa adalah singkatan dari Warna Empat adalah agar kelak dia memiliki anak laki-laki sebanyak empat orang.
Pada tahun 1965 karena keadaan bangsa Indonesia yang semakin gawat dengan G30S/PKInya, maka Bapak Masaud Sibagariang ditawarkan oleh tulang Mangara Hutasoit alias Siompong yang bekerja sebagai TNI Angkatan Darat untuk pindah pekerjaan dari Pegawai Dapur umum TNI AU ke Perusahaan Gas Negara (PGN) di Medan. Dan pada tanggal 4 Nopember tahun 1967 lahirlah putra mereka yang diberi nama Harapan Prisai Hamonangan Sibagariang di rumah jalan Dame Sei Agul Medan yang dibantu oleh bidan ibu boru pasaribu. Dan sekira bulan Nopember pada tahun 1969 ibu Serna Boru Hutasoit mengandung anaknya yang kelima tapi antara Bapak Masaud Sibagariang dan ibu Serna boru Hutasoit bersepakat untuk menggugurkan kandungannya karena sudah memiliki dua anak putri dan dua anak laki-laki dan dirasa sudah cukup dua pasang. Adapun cara yang dilakukan untuk menggugurkan kandungannya adalah dengan meminum ramuan-ramuan dan air tape serta ibu Serna boru Hutasoit selalu melompat-lompat tapi si bayi di dalam kandungan semakin sehat dan semakin kuat dan pada tanggal 1 Maret 1970 lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Yugun Boy Marisi Sibagariang di jalan Dame sei agul Medan adapun maksud dan tujuan memberikan nama Yugun yang berasal dari kata “Jugul” artinya bandel sewaktu di dalam kandungan. Dan pada tanggal 16 Mei tahun 1973, lahirlah putra mereka yang diberi nama Luhut Tulus Rimbos Sibagariang di jalan Dame Sei Agul Medan adapun maksud dan tujuan memberikan nama Rimbos adalan Jarum Bosi karena ibu Serna boru Hutasoit tarhirim ayam lurik (dalam bahasa batak ayam lurik disebut jarum bosi). Dan pada tanggal 25 Januari 1978, lahirlah seorang putri dari pasangan Bapak Masaud Sibagariang dan Ibu Serna boru Hutaoit yang diberi nama Hotmaida Mutiara Sibagariang dan nama Hotmaida tersebut diberikan sewaktu masih dalam kandungan karena sudah datang ke dalam mimpi opung par smp onom yang menyatakan bahwa yang akan lahir adalah seorang putri. Sehingga anak dari pasangan Bapak Masaud Sibagariang dan ibu Serna Boru Hutasoit adalah putri sebanyak tiga orang dan putra sebanyak empat orang.
Dalam keseharian Bapak Masaud
Sibagariang selalu menunjukkan rendah hati, jujur dan tidak mau menyombongkan diri dan tidak
pernah melakukan hal-hal yang tercela maupun perbuatan melanggar hukum baik di kantor
Perusahaan Gas Negara (PGN) Medan dan dilingkungan tempat tinggalnya.
Sebenarnya banyak kesempatan yang bisa dilakukan oleh Bapak Masaud
Sibagariang dengan cara menggelapkan
barang-barang di gudang karena tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya
adalah bagian gudang namun tidak pernah terbersit dibenaknya untuk melakukan
perbuatan yang tercela apalagi perbuatan korupsi. Dan karena bapak Masaud
Sibagariang bekerja sampai pensiun di Perusahaan Gas Negara sehingga
orang-orang di tempat tinggalnya dan dipunguan marga selalu memanggilnya dengan
sebutan PAR-GAS.
SIAPA SAJA POPARAN PARGAS SIBAGARIANG

Bapak Masaud Sibagariang adalah sosok yang selalu mendambakan kedekatan dengan anak-anaknya, sehingga dia tidak mau membuang waktu untuk pergi ke lapo atau kongkow-kongkow untuk minum tuak tapi waktunya dipergunakan untuk lebih dekat kepada anak-anaknya dengan demikian dia bisa mengajarkan hidup disiplin dan tidak manja serta harus bisa bertahan hidup atau survival seperti layaknya pasukan GAG (Grilya Anti Grilya) dengan cara mengajarkan cara menangkap ular, belut, biawak dan kodok dan diajarkan pula bagaimana mengelolanya untuk dimakan. Dan Bapak Masaud Sibagariang juga mengajarkan teknik membuat sumur bor yang saat itu masih langka, sehngga setiap hari ada saja kegiatan yang diberikannya untuk menambah pengetahuan anak-anaknya, maklumlah Bapak Masaud Sibagariang adalah ahli di bidang perpipaan dan ahli juga menggunakan alat-alat untuk ekplorasi minyak dan gas bumi.
Hidup sederhana adalah motto Bapak Masaud Sibagariang dengan mengayuh sepeda sportmodelnya, dia selalu berangkat kerja ke PGN Medan pada pukul 07.00 wib dan pulang kerja pukul 15.00 Wib. Kalau tidak ada kegiatan dia selalu akrap dengan tanaman anggreknya dan mengurus tanaman mangga dan nangka disamping rumah. Sementara Ibu Serna Boru Hutasoit tidak tinggal diam dirumah tapi berusaha untuk menambah penghasilan keluarga dengan usaha kain rombengan, adapun cara melakukan usahanya adalah membeli kain-kain bekas pakai dari rumah-rumah masyarakat dan menjualnya kembali ke pasar sambu. Usaha tersebut dilakukan dengan cara berjalan kaki dan tidak mengenal hujan maupun teriknya matahari. Ibu Serna boru Hutasoit tetap tegar menjalankan usahanya walaupun dapat untung sehari untuk dibelanjakan dan habis pada hari itu juga, namun semangatnya untuk memajukan ketujuh anaknya tetap bergelora dan pantang menyerah.
Dan saat ini Bapak Masaud Sibagariang dan Ibu Serna boru Hutasoit sudah mencapai Saur Matua karena ketujuh anaknya sudah diberkati dan sudah membayar adat penuh dan ketujuh anaknya semua sudah memiliki keturunan, yaitu :
1. Sri Silastri boru Sibagariang telah dipersunting oleh Edward Hutagalung (+) dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu Bastian, Boby dan Harry
2. Eflin Cos boru Sibagariang telah dipersunting oleh Olopan Sitorus Pane (+) dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu Pardamean yang sudah menikah dengan boru samosir dan memiliki 2 (dua) orang anak, selanjutnya adiknya Pardamean bernama Feris, Cristina dan Dohar
3. Warempa Donat Sibagariang telah mempersunting Bungauli boru Sinabutar dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu : Pietty, Rut Reiga, Thomas dan Daniel.
4. Harapan Prisai Sibagariang telah mempersunting Mian boru Sembiring dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu : Margaret Rifani, Andrian dan Yohanna.
5. St. Yugun BM. Sibagariang, SH, telah mempersunting Mesriany, S.Pd boru Sitorus dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu : Yosia, Zefanya, Eirene dan Zuriel Ramos
6. Luhut TL. Sibagariang telah mempersunting Manna Sinabutar dan telah dikaruniai anak sebanyak 5 (lima) orang yaitu : Deby, Niko, Nia, Athur dan Angel
7. Hotmaida Mutiara boru Sibagariang telah dipersunting oleh Hendrik Simatupang (china) dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu : Mattew, Manuell, Myrachell
Sehingga pasangan ompung Oli Masaud Sibagariang dan ompung Ame Serna boru Hutasoit telah memiliki 26 (dua puluh enam) cucu yang terdiri dari 14 orang pahompu baoa (laki-laki) dan 12 orang pahompu boru (perempuan) dan telah memiliki nini (cicit dari pihak boru) sebanyak 2 orang.
Pada hari Jumat tanggal 18 Nopember 2011, sekira pukul 10.30 Wib dini hari Ompung Oli Masaud Sibagariang telah menghadap kepada Allah Bapa di Surga dalam usianya 74 tahun dan posisi ompung Oli Masaud Sibagariang sewaktu menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan duduk dan berdoa. Dan jenazahnya telah dikebumikan di TPU Simalingkar B. Namun kenangan bersama Ompung Oli Masaud Sibagariang tidak akan pernah terlupakan di dalam setiap hati anak-anaknya dan pahompunya. Semoga kerendahan hati dari Ompung Oli Masaud Sibagariang ditiru oleh anak dan pahompunya.
SIAPA SAJA POPARAN PARGAS SIBAGARIANG

Bapak Masaud Sibagariang adalah sosok yang selalu mendambakan kedekatan dengan anak-anaknya, sehingga dia tidak mau membuang waktu untuk pergi ke lapo atau kongkow-kongkow untuk minum tuak tapi waktunya dipergunakan untuk lebih dekat kepada anak-anaknya dengan demikian dia bisa mengajarkan hidup disiplin dan tidak manja serta harus bisa bertahan hidup atau survival seperti layaknya pasukan GAG (Grilya Anti Grilya) dengan cara mengajarkan cara menangkap ular, belut, biawak dan kodok dan diajarkan pula bagaimana mengelolanya untuk dimakan. Dan Bapak Masaud Sibagariang juga mengajarkan teknik membuat sumur bor yang saat itu masih langka, sehngga setiap hari ada saja kegiatan yang diberikannya untuk menambah pengetahuan anak-anaknya, maklumlah Bapak Masaud Sibagariang adalah ahli di bidang perpipaan dan ahli juga menggunakan alat-alat untuk ekplorasi minyak dan gas bumi.
Hidup sederhana adalah motto Bapak Masaud Sibagariang dengan mengayuh sepeda sportmodelnya, dia selalu berangkat kerja ke PGN Medan pada pukul 07.00 wib dan pulang kerja pukul 15.00 Wib. Kalau tidak ada kegiatan dia selalu akrap dengan tanaman anggreknya dan mengurus tanaman mangga dan nangka disamping rumah. Sementara Ibu Serna Boru Hutasoit tidak tinggal diam dirumah tapi berusaha untuk menambah penghasilan keluarga dengan usaha kain rombengan, adapun cara melakukan usahanya adalah membeli kain-kain bekas pakai dari rumah-rumah masyarakat dan menjualnya kembali ke pasar sambu. Usaha tersebut dilakukan dengan cara berjalan kaki dan tidak mengenal hujan maupun teriknya matahari. Ibu Serna boru Hutasoit tetap tegar menjalankan usahanya walaupun dapat untung sehari untuk dibelanjakan dan habis pada hari itu juga, namun semangatnya untuk memajukan ketujuh anaknya tetap bergelora dan pantang menyerah.
Dan saat ini Bapak Masaud Sibagariang dan Ibu Serna boru Hutasoit sudah mencapai Saur Matua karena ketujuh anaknya sudah diberkati dan sudah membayar adat penuh dan ketujuh anaknya semua sudah memiliki keturunan, yaitu :
1. Sri Silastri boru Sibagariang telah dipersunting oleh Edward Hutagalung (+) dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu Bastian, Boby dan Harry
2. Eflin Cos boru Sibagariang telah dipersunting oleh Olopan Sitorus Pane (+) dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu Pardamean yang sudah menikah dengan boru samosir dan memiliki 2 (dua) orang anak, selanjutnya adiknya Pardamean bernama Feris, Cristina dan Dohar
3. Warempa Donat Sibagariang telah mempersunting Bungauli boru Sinabutar dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu : Pietty, Rut Reiga, Thomas dan Daniel.
4. Harapan Prisai Sibagariang telah mempersunting Mian boru Sembiring dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu : Margaret Rifani, Andrian dan Yohanna.
5. St. Yugun BM. Sibagariang, SH, telah mempersunting Mesriany, S.Pd boru Sitorus dan telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang yaitu : Yosia, Zefanya, Eirene dan Zuriel Ramos
6. Luhut TL. Sibagariang telah mempersunting Manna Sinabutar dan telah dikaruniai anak sebanyak 5 (lima) orang yaitu : Deby, Niko, Nia, Athur dan Angel
7. Hotmaida Mutiara boru Sibagariang telah dipersunting oleh Hendrik Simatupang (china) dan telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang yaitu : Mattew, Manuell, Myrachell
Sehingga pasangan ompung Oli Masaud Sibagariang dan ompung Ame Serna boru Hutasoit telah memiliki 26 (dua puluh enam) cucu yang terdiri dari 14 orang pahompu baoa (laki-laki) dan 12 orang pahompu boru (perempuan) dan telah memiliki nini (cicit dari pihak boru) sebanyak 2 orang.
Pada hari Jumat tanggal 18 Nopember 2011, sekira pukul 10.30 Wib dini hari Ompung Oli Masaud Sibagariang telah menghadap kepada Allah Bapa di Surga dalam usianya 74 tahun dan posisi ompung Oli Masaud Sibagariang sewaktu menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan duduk dan berdoa. Dan jenazahnya telah dikebumikan di TPU Simalingkar B. Namun kenangan bersama Ompung Oli Masaud Sibagariang tidak akan pernah terlupakan di dalam setiap hati anak-anaknya dan pahompunya. Semoga kerendahan hati dari Ompung Oli Masaud Sibagariang ditiru oleh anak dan pahompunya.
Thank God, cerita ini bisa dibaca oleh semua keturunan Op.Oi cerita ttg dirinya gak akan hilang,kejujurannya, kasih sayangnya. Ketika rindu bisa lansung terobati.
BalasHapusOp. Oi bagariang is my hero
BalasHapusOp. Oi bagariang is my hero
BalasHapusso many memories were given during his lifetime op.oi
BalasHapusApa kenangan yang pernah terlupakan di dalam hidupmu tentang opung oi
BalasHapusHoras dan diberkati keturunan opung oi dan opung ame
BalasHapussaya sangat terkesan ke tika opung oi selalu berlari-lari kecil menyambut ke datangan kami sambil membukakan pintu gerbang dan berucap "sehat pahompu opung"
BalasHapus